Minggu, 12 September 2010

Memburu Pintu Royyan di Bulan Syawal 29 Sep, 2009 Oase Sobat, tatkala takbir bergema di malam Hari Raya, maka selesailah sudah sebulan berpuasa. Tidak terasa kita telah memasuki bulan Syawal. Datangnya syawal membawa kemenangan bagi mereka yang berhasil menunaikan ibadah puasa sepanjang Ramadhan, ia merupakan lambang kemenangan umat Islam, hasil dari ‘peperangan’ melawan musuh dalam jiwa yang terbesar yaitu hawa nafsu. Hakikat Hari Raya Hari Raya adalah hari kegembiraan bagi setiap orang yang beriman. Gembira karena telah berhasil melepaskan dosa-dosa selama Ramadhan. Gembira karena telah menang terhadap setan dan hawa nafsu. Karena itu, kegembiraan ini jangan disambut dengan gelora nafsu belaka. 1 Syawal bukan hari pembebasan sebebas-bebasnya. Melainkan hari pertama kita mulai terjun ke medan pertarungan melawan hawa nafsu dan setan, setelah sebulan penuh kita berbekal iman dan kekuatan ruhani. Kita harus mengendalikan nafsu itu ke arah yang positif, bukan malah kita dikendalikan nafsu ke arah yang buruk. Kita harus bergegas dalam kebaikan-kebaikan seperti dalam suasana Ramadhan. Hari Raya adalah hari bagi umat Islam melaksanakan konsep Idul Fitri yang dimaksudkan kembali ke fitrah. Dengan tibanya Idul Fitri, umat Islam seolah-olah baru kembali dengan hati dan jiwa yang bersih. Bayangkanlah keadaan umat islam saat itu, keadaan baru kembali seperti sehelai kain putih bersih dan suci dari segala kotoran. Inilah keberhasilan dan kegembiraan bagi mereka yang berjuang mendapatkan keridhaan Allah. Fitrah tersebut haruslah dipelihara. Kesuciannya jangan sampai tercemari, tetapi harus dijadikan dorongan untuk meneruskan perjuangan dalam melaksanakan ibadah dan meraih pahala lebih besar pada bulan-bulan seterusnya. Amalan-Amalan di Bulan Syawal Sobat, datangnya Syawal menandakan tibanya satu lagi peluang besar bagi umat Islam untuk melipatgandakan pahala yang diraih sebelumnya melalui amalan-amalan yang bisa dikerjakan. Ada beberapa amalan yang dapat dilaksanakan di Bulan Syawal diantaranya: 1.Bertakbir mengagungkan kebesaran Allah Allah swt dalam surat An Nashr mengingatkan bahwa kemenangan tidak pantas disambut dengan tawa dan nafsu. Kemenangan harus disambut dengan tasbih, tahmid, tahlil dan istighfar. Fasbbih bihamdika wastaghfir. innahuu kaana tawwaabaa. 2.Puasa enam hari di bulan Syawal Salah satu puasa sunah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rosululloh bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Romadhon kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164). Dari Tsauban, Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari setelah hari raya Iedul Fitri, maka seperti berpuasa setahun penuh. Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh lipatnya.” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil). Imam Nawawi rohimahulloh mengatakan dalam Syarh Shohih Muslim 8/138). Hadits tersebut menjelaskan bahwa salah satu keistimewaan di bulan Syawal adalah peluang berharga untuk mengejar nikmat dan kemurahan Allah sepanjang hidup yaitu puasa enam hari. Sungguh sangat beruntung sekali jika kita dapat melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal. Ini sungguh keutamaan yang luar biasa, Sobat. Marilah kita melaksanakan puasa tersebut demi mengharapkan rahmat dan ampunan Allah Subhanahu Wata’ala. 3.Menjaga Sholat Malam Sobat Bila, Sholat malam adalah sebaik-baik sholat setelah sholat wajib. Dari Abu Hurairah Rosulullah SAW bersabda:” Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah-Muharram-. Sebaik-baik sholat setelah sholat wajib adalah sholat malam. (HR.Muslim no 1163) 4.Amalan yang kontinyu (ajeg), amalan yang paling dicintai. Rosulullah SAW bersabda: “ bebanilah diri kalian dengan amal sesuai dengan kemampuan kalian, karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang kontinyu (ajeg) walaupun sedikit.”( HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Syaikh Al Bani dalam Shohihul Jami’ no. 1228 mengatakan hadits ini Shohih). Sobat, Bulan Syawal berarti bulan peningkatan amal kebaikan dan ketaatan. Marilah kita tegaskan kembali dan melaksanakan komitmen kita saat menjalankan amaliyah ibadah Ramadhan, yakni komitmen untuk menjadi insan baru, insan bertaqwa dan pemburu pintu Royyan. Semoga kita menjadi insan yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Amiin. Allahuta’ala ’alam bishshowaab. Dan akhirnya, Taqobbalallahu Minna Wa Minkum, Ja’alanallahu Wa Iyyaakum Shiyaamanaa Wa Shiyaamakum Minal ‘Aidin Wal Faizin, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Thariq Bin Ziyad, Sang Penakluk Spanyol Tarikh Islam 24/6/2008 | 19 Jumadil Akhir 1429 H | Hits: 6.106 Oleh: Mochamad Bugi Kirim Print 0diggsdigg 15 Comments Email Print dakwatuna.com - Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah. Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat. Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya. Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi. Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa. Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama. Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua. Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri. Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki. Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain. Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!” Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar. Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan. Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit. Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita. Kita harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya. Percayalah, sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.” Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang. Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak. Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan. Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate. Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa. Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan. Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat). Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol. Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan Eropa.

Shalahuddin Al-Ayyubi: Macan Perang Salib Kamis, 20/05/2010 08:50 WIB | email | print | share Shalahuddin Al-Ayyubi sebenarnya hanya nama julukan dari Yusuf bin Najmuddin. Shalahuddin merupakan nama gelarnya, sedangkan al-Ayyubi nisbah keluarganya. Beliau sendiri dilahirkan pada tahun 532 H/ 1138 M di Tikrit, sebuah wilayah Kurdi di utara Iraq. Sejak kecil Shalahuddin sudah mengenal kerasnya kehidupan. Pada usia 14 tahun, Shalahuddin ikut kaum kerabatnya ke Damaskus, menjadi tentara Sultan Nuruddin, penguasa Suriah waktu itu. Karenan memang pemberani, pangkatnya naik setelah tentara Zangi yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Shirkuh, berhasil memukul mundur pasukan Salib (crusaders) dari perbatasan Mesir dalam serangkaian pertempuran. Pada tahun 1169, Shalahuddin diangkat menjadi panglima dan gubernur (wazir) menggantikan pamannya yang wafat. Setelah berhasil mengadakan pemulihan dan penataan kembali sistem perekonomian dan pertahanan Mesir, Shalahuddin mulai menyusun strateginya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari cengkeraman tentara Salib. Shalahuddin terkenal sebagai penguasayang menunaikan kebenaran—bahkan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Tepat pada bulan September 1174, Shalahuddin menekan penguasa Dinasti Fatimiyyah supaya tunduk dan patuh pada Khalifah Daulat Abbasiyyah di Baghdad. Belom cukup sampai di situ, tiga tahun kemudian, sesudah kematian Sultan Nuruddin, Shalahuddin melebarkan sayap kekuasaannya ke Suriah dan utara Mesopotamia. Satu persatu wilayah penting berhasil dikuasinya: Damaskus (pada tahun 1174), Aleppo atau Halb (1138) dan Mosul (1186). Sebagaimana diketahui, berkat perjanjian yang ditandatangani oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Uskup Sophronius menyusul jatuhnya Antioch, Damaskus, dan Yerusalem pada tahun 636 M, orang-orang Islam, Yahudi dan Nasrani hidup rukun dan damai di Suriah dan Palestina. Mereka bebas dan aman menjalankan ajaran agama masing-masing di kota suci tersebut. Perang Salib Namun kerukunan yang telah berlangsung selama lebih 460 tahun itu kemudian porak-poranda akibat berbagai hasutan dan fitnah yang digembar-gemborkan oleh seorang patriarch bernama Ermite. Provokator ini berhasil mengobarkan semangat Paus Urbanus yang lantas mengirim ratusan ribu orang ke Yerusalem untuk Perang Salib Pertama. Kota suci ini berhasil mereka rebut pada tahun 1099. Ratusan ribu orang Islam dibunuh dengan kejam dan biadab, sebagaimana mereka akui sendiri: “In Solomon’s Porch and in his temple, our men rode in the blood of the Saracens up to the knees of their horses.” Menyadari betapa pentingnya kedudukan Baitul Maqdis bagi ummat Islam dan mendengar kezaliman orang-orang Kristen di sana, maka pada tahun 1187 Shalahuddin memimpin serangan ke Yerusalem. Orang Kristen mencatatnya sebagai Perang Salib ke-2. Pasukan Shalahuddin berhasil mengalahkan tentara Kristen dalam sebuah pertempuran sengit di Hittin, Galilee pada 4 July 1187. Dua bulan kemudian (Oktober tahun yang sama), Baitul Maqdis berhasil direbut kembali. Berita jatuhnya Yerusalem menggegerkan seluruh dunia Kristen dan Eropa khususnya. Pada tahun 1189 tentara Kristen melancarkan serangan balik (Perang Salib ke-3), dipimpin langsung oleh Kaisar Jerman Frederick Barbarossa, Raja Prancis Philip Augustus dan Raja Inggris Richard ‘the Lion Heart’. Perang berlangsung cukup lama. Baitul Maqdis berhasil dipertahankan, dan gencatan senjata akhirnya disepakati oleh kedua-belah pihak. Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Raja Richard menandatangani perjanjian damai yang isinya membagi wilayah Palestina menjadi dua: daerah pesisir Laut Tengah bagi orang Kristen, sedangkan daerah perkotaan untuk orang Islam; namun demikian kedua-belah pihak boleh berkunjung ke daerah lain dengan aman. Setahun kemudian, tepatnya pada 4 Maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di Damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya. Kontribusinya buat Islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini. Parcel untuk Musuh Banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap ksatria dan kemuliaan hatinya. Di tengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit. Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ke tempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah-sakit dan bahkan gereja. Shalahuddin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya. Shalahuddin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidka nepotis atau pilih kasih. Pernah seorang lelaki mengadukan perihal keponakannya, Taqiyyuddin. Shalahuddin langsung memanggil anak saudaranya itu untuk dimintai keterangan. Pernah juga suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Ia memang gemar menyedekahkan apa saja yang dimilikinya dan memberikan hadiah kepada orang lain, khususnya tamu-tamunya. Ia juga dikenal sangat lembut hati, bahkan kepada pelayannya sekalipun. Pernah ketika ia sangat kehausan dan minta dibawakan segelas air, pembantunya menyuguhkan air yang agak panas. Tanpa menunjukkan kemarahan ia terus meminumnya. Kezuhudan Shalahuddin tertuang dalam ucapannya yang selalu dikenang: “Ada orang yang baginya uang dan debu sama saja.” (sa/ind/berbagaisumber)

Terry Jones: Seekor Teri yang Ingin Jadi Seekor Hiu OPINI Markus Kristiyanto | 12 September 2010 | 02:13 57 2 Belum ada chart. Belum ada chart. Nihil. Beberapa waktu belakangan ini dunia sedang dipusingkan dengan ulah seorang pendeta dari Gainesville Florida AS yang bernama Terry Jones. Dia bersama pengikutnya yang tak lebih dari 50 orang menamakan dirinya Dove World Outreach Center. Ulahnya yang akan membakar Al Quran bersama para pengikutnya tepat pada saat peringatan 11 September di Ground Zero telah membuat pening para pemimpin dunia karena hal ini dapat memancing munculnya kerusuhan yang berbau SARA dimana-mana. Tanpa bermaksud menghakimi Terry Jones apalagi membelanya dan juga berusaha untuk tidak terjebak dalam sikap pro dan kontra, penulis mencoba untuk berusaha menganalisis kejadian ini secara lebih obyektif: 1. Terry Jones bersama gengnya Dove World Outreach Center hanya memiliki anggota 30-50 orang. Menurut berbagai sumber ternyata kelompok ini tidak berafiliasi kepada gereja manapun. Terry Jones sendiri tidak begitu dikenal diantara para pemuka Kristen di Florida. Ini berarti kelompok Terry ini bisa dimasukkan dalam kategori sekte kelas teri. Kalau sudah bicara sekte, selama ini pihak gereja biasanya kesulitan mengontrolnya, sekte-sekte ini terkadang maunya bergerak sendiri-sendiri dan banyak yang sudah melepaskan diri dari ajaran resmi gereja. Namun karena ulahnya yang memalukan dan membahayakan ini apalagi dengan membawa-bawa nama gereja dan simbul Kekristenan tak urung Vatikan sendiri ikut menentang dan campur tangan untuk menekan agar keinginan Terry Jones tidak terlaksana. Tentu betapa malunya orang-orang Kristen melihat kelakuan Terry Jones yang tidak patut ditiru dan digugu tersebut. 2. Terry Jones sendiri ternyata sedang mengalami masalah kepribadian. Menurut putrinya, yang bernama Emma Jones, ayahnya memang sedang mempunyai masalah kepribadian setelah ditinggal mati istri pertamanya. “Saya lihat ayah saya melakukan banyak hal yang tidak ada dalam bible. Dia menuntut kesetiaan hanya untuk dirinya dan istri keduanya,” terang Emma. Di dalam injil dan ajaran Kristiani tidak ada tersirat dan tersurat untuk membenci orang lain tak terkecuali orang yang memusuhinya sekalipun. “Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan cintailah sesamamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri”, itulah inti ajaran Kristiani yang sebenarnya. Terry Jones sepertinya sudah salah mengartikan hukum kasih hanya untuk kepentingannya sendiri atau kalangannya sendiri tanpa memperhatikan kaum seiman lainnya apalagi kaum yang berlainan iman. 3. Terkait rencana Terry Jones yang kontroversial tersebut belakangan Terry Jones bernegosiasi dengan pimpinan Islam Florida Muhammad Musri untuk membatalkan rencana pembangunan masjid di Ground Zero sebagai ganti pembatalan pembakaran Al Quran. Tidak jelas hasil pembicaraan tersebut termasuk dengan Imam Masjid New York yang membawahi prakarsa pendirian masjid di Ground Zero. Tapi dari sikapnya ini jelas mengindikasikan bahwa sikap Terry Jones ini didasari salah satunya karena sikap penentangannya terhadap rencana pembangunan masjid di Ground Zero tersebut. 4. Rencana Pembangunan sebuah masjid tidak jauh dari Ground Zero telah menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Amerika yang selama ini dikenal terbuka dan demokratis. Hal ini juga ternyata yang menjadi alasan bagi seorang Terry Jones akan melakukan tindakan nekat tersebut. Negara-negara Barat selama ini relatif lebih terbuka, bebas, dan toleran dalam hal kebebasan beragama. Berbagai agama seperti Islam relatif bisa berkembang bebas dan maju di negara-negara tersebut. Sikap keterbukaan dan kebebasan beragama ini sepertinya susah untuk didapatkan di negara-negara dari belahan bumi lainnya apalagi negara-negara yang menjalankan sistem teokrasi. Namun kebebasan yang ada di negara-negara Barat ini juga pasti tidak bisa terlepas dari rasa-rasa sentimen penduduknya secara individu atau kelompok terhadap “agama-agama baru” ini. Sekarang tinggal bagaimana para penganut “agama-agama baru” tersebut untuk dapat tepo seliro atau berbagi perasaan dengan warga di sekitarnya. Ground Zero adalah sebuah miniatur tragedi kemanusiaan yang sangat menyakitkan bagi pemerintah dan rakyat Amerika. Pelakunya yang membawa-bawa simbul-simbul Islam membuat agama Islam yang begitu mulia dan Umat Islam pada khususnya menjadi tersudutkan karena tragedi tersebut. Namun di lain pihak para pencetus ide pendirian masjid dan Islamic Center di tempat yang tidak jauh dari lokasi Ground Zero mungkin tidak sampai berpikir terlalu dalam dan bersikap empati terhadap keluarga korban tragedi tersebut dan masyarakat Amerika pada umumnya yang sebagian besar beragama Kristen. Secara manusiawi sikap resisten masyarakat sekitarnya sebenarnya dapat dipahami. Sebagai analogi saja, andai suatu daerah mayoritas Islam di suatu negara dibom oleh orang-orang yang membawa-bawa simbul-simbul Kekristenan lantas tak begitu lama berselang disekitar daerah tersebut direncanakan berdiri sebuah gereja atau Christian Center, sangat dipahami jika orang-orang Muslim disekitar daerah tersebut murka dan bereaksi keras. Orang-orang yang mencetuskan berdirinya gereja di tempat tersebut berarti arogan, tidak mempunyai hati dan perasaan terhadap orang-orang Muslim di sekitar tempat itu. Kembali ke persoalan di atas, apakah si pencetus ide pendirian masjid di tempat tersebut sudah mendiskusikannya dengan keluarga korban tragedi, berbagai kalangan atau kelompok dari agama lainnya ?? Padahal di sekitar daerah Manhattan tersebut sudah ada 2 buah masjid berdiri. Bukankah ide pendirian masjid dan Islamic Center tersebut dapat saja dinilai oleh sebagian kalangan sebagai strategi pencitraan atau malah yang lebih parah lagi dinilai sebagai langkah awal Islamisasi yang akan dilakukan oleh sebagian kalangan. Hal seperti ini yang mungkin ditangkap oleh Terry Jones dan kemungkinan banyak orang Amerika lainnya . Mungkin akan lebih bijaksana ide pendirian tersebut ditunda sampai kondisi memungkinkan atau memindahkannya ke lokasi lain yang tidak menimbulkan kontroversial. Atau bisa juga bangunan itu bukan mengkhususkan satu agama saja tapi semua agama yang hidup di AS khususnya-supaya juga sebagai cerminan bahwa tragedi itu sebagai tragedi kemanusiaan yang tidak disetujui oleh agama manapun-agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 5. Dukungan politik dan moral dari Barrack Obama dan para pimpinan politik di AS yang nota bene beragama Kristen dan termasuk juga banyak tokoh Kristen terhadap ide pendirian masjid tersebut merupakan cerminan bentuk sikap politik dan toleransi beragama kebanyakan orang Kristen terhadap pemeluk agama lain. Hal ini sebenarnya dapat juga dipandang sebagai contoh dan dorongan para pemimpin dan tokoh dunia lainnya untuk juga bersikap yang sama terhadap warganya yang ingin mendirikan tempat ibadahnya dan menjalankan ibadah agamanya masing-masing. Jangan jadi pemimpin yang diam saja saat ada warga minoritasnya yang merasa tertindas dan teraniaya karena persoalan ibadahnya walaupun itu terjadi di negerinya sendiri, tapi berani berteriak-teriak lantang saat yang mayoritas merasa teraniaya walau itu ada di ujung dunia lain nun jauh disana. Sekali lagi tanpa bermaksud menghakimi siapapun dan membenci siapapun, orang-orang seperti Terry Jones ini perlu disadarkan akan kekeliruannya terutama oleh orang-orang Kristen sendiri. Orang-orang beragama hendaknya jangan terjebak oleh solidaritas semu dengan mengatasnamakan agama. Mari kita katakan benar jika itu benar dan katakan salah jika itu salah walaupun itu dilakukan oleh saudara sendiri atau orang seagama sekalipun. Mari kita mengisi hidup ini dengan dasar saling menghargai dan cinta kasih bukan saling menghujat dan bermusuhan. Salam damai untuk semua. “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin”.

Sabtu, 11 September 2010

keutamaan puasa syawal

Keutamaan Puasa Syawal

Diposting pada Jum'at, 21-08-2009 | 17:09:26 WIB

KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda:
"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh." ( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah shahih.")
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah (tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya :
1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.
2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.
3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala'amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.
Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.
4. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.
Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali "(An-Nahl: 92)
5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.
Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.
Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosam dan berat apalagi benci.
Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:
"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."
Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) " (Al-Hijr: 99)
Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga dan sahabatnya.